Kemenangan Nafsu dan Permusuhan Setan

http://muhdysa.blogspot.co.id/2015/02/kemenangan-nafsu-dan-permusuhan-setan.html

        Bagi orang yang berakal, seharusnya mengendalikan kecenderungan hawa nafsunya dengan menahan lapar. Karena lapar merupakan pengendalian terhadap musuh Allah swt, sementara hal-hal yang menyuburkan setan adalah memeperturutkan kesenangan nafsu, makan dan minum.

       Nabi Muhammad saw. bersabda: "Sesungguhnya setan berada dalam diri anak  Adam berjalan bersama peredaran darah, maka persempitlah perjalanannya dengan cara lapar." Sesungguhnya manusia yang lebih dekat kepada Allah swt, kelak pada hari kiamat ialah orang yang lebih lama dalam menahan lapar dan haus. Dan dosa yang paling besar yang akan merusak dan menghancurkan anak Adam adalah keinginan nafsu perut. Sebab keinginan nafsu perut, Adam dan Hawa diusir dari perkampungan yang abadi, yaitu surga pada perkampungan yang hina dan miskin, yaitu dunia. Ketika Tuhan melarang mereka untuk mengambil buah syajarah, keduanya terkalahkan oleh keinginan nafsu perutnya dan tetap memakan buah itu. Akhirnya aurat keduanya menjadi tampak. Pada hakekatnya, perut merupakan sumber dari segala keinginan nafsu.

     Orang ahli hikmah berkata: "Barangsiapa yang dikuasai hawa nafsunya, maka dia menjadi tertawaan oleh kecintaan terhadap keinginan-keinginannya dan terkungkung alam kesalahan- kesalahannya. Dan hawa nafsu itu akan menghalangi hatinya untuk dapat menerima faedah. Barangsiapa yang menyiram anggota-anggota tubuhnya dengan mempertaruhkan kesenangan-kesenangan nafsu, berarti dia menanam pohon penyesalan di dalam hatinya.

       Allah swt menciptakan makhluk dalam tiga katagori. Dia menciptakan malaikat dan menyusun di dalam diri mereka akal, tanpa dibekali dengan nafsu. Dia menciptakan binatang dan menyusun di dalamnya keinginan (nafsu), tanpa dibekali dengan akal. Sementara manusia merupakan makhluk yang lebih baik, dia diberikan akal, juga dilengkapi dengan keinginan nafsu. Barangsiapa yang akalnya dapat mengalahkan keinginan hawa nafsunya, maka dia akan mencapai tataran yang lebih baik dari malaikat.

       Ibrahim Al-Khawwash berkata: "Suatu ketika aku berada di gunung Lukam, saat aku melihat buah delima, aku menjadi menginginkannya, maka aku mengambil satu buah delima, dan membelahnya, namun rasanya masam, dan aku lalu meninggalkannya." Selanjutnya aku melihat seorang laki-laki terlempar yang dikerumuni oleh lebah-lebah. Aku mengucapkan salam kepadanya: "Assalamu'alaika." Dia menjawab: "Wa 'alaikas salam, ya ibrahim." Aku berkata: "Aku perhatikan anda mempunya urusan dengan Allah, hendaklah anda memohon kepada-Nya agar Ia menyelamatkan anda dari serangan lebah-lebah ini." Laki-laki itu berkata: "Aku melihat anda mempunyai kedudukan di sisi Allah, maka hendaklah kiranya anda meminta kepada-Nya agar Ia menyelamatkan anda dari keinginan terhadap buah delima. Karena delima seseorang menjadi sakit di dunia. Sementara sengatan lebah hanya terletak dan mengenai tubuh, sedangkan sengatan hawa nafsu, mengenai hati." Kemudian aku berlalu pergi meninggalkannya.

       Karena keinginan nafsu, seorang raja menjadi diperbudak olehnya, sementara karena kesabaran membuat seorang hamba menjadi raja. Tidakkah anda tahu tentang kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha? Nabi Yusuf, benar-benar menjadi raja di Mesir berkat kesabarannya, sementara Zulaikha menjadi orang yang hina dina, miskin dan buta karena terseret oleh keinginan hawa nafsunya. Dia tidak memiliki kesabaran dalam menghadapi cintanya kepada Nabi Yusuf as.

    Abu Hasan Ar-Razi bercerita, bahwa ia bermimpi melihat ayahnya setelah dua tahun dari kematiannya. Dalam mimpi itu ia melihat ayahnya memakai baju aspal. Lalu dia bertanya: "Wahai ayah, mengapa aku melihat anda sebagai ahli neraka." Sang ayah menjawab: "Wahai anakku, waspadalah anda dari tipu daya nafsu." Sebagaimana terungkap dalam syair berikut ini:

"Aku diuji dengan dempat hal yang kesemuannya membebaniku begitu berat dan mecelakakan aku.

Yaitu , iblis, dunia, jiwa dan hawa nafsuku. Bagaimana bisa keluar dari padanya, karena semuanya adalah musuhku.

Aku melihat hawa nafsu selalu mengajak dan membisikkan kecenderungannya di dalam kegelapan syahwat dan pendapat."

      Hatim Al-Asham berkata: "Nafsuku begitu ulet dan tangguh, ilmuku dalah pedangku, dosaku adalah kerugianku, setan adalah musuhku dan aku adalah orang yang mengkhianati diri sendiri."