Kesibukan para wali adalah mewujudkan kedamaian untuk sesama hamba Allah. Setelah mengambil dari karunia Allah swt, mereka lalu mendermakannya kepada fakir miskin yang terhimpit. Mereka membayarkan utang orang-orang yang tidak bisa membayarnya. Para wali adalah raja, tetapi bukan raja dunia. sebab, raja dunia itu hanya suka merampas, mereka tidak suka memberi. Adapun wali itu suka mendahulukan kepentingan orang lain. Mereka sangat memperhatikan orang-orang miskin. Mereka mengambil harta benda dari tangan Allah swt, bukan dari tangan makhluk. Jerih payah yang mereka lakukan adalah untuk kemanfaatan manusia, demikian pula jerih payah yang dilakukan oleh hati mereka. Mereka berderma karena Allah swt, bukan mengikuti hawa nafsunya, bukan pula karena ingin disanjung atau ingin dipuji.
Tinggalkanlah kesombongan, baik kesombongan terhadap Allah swt maupun kesombongan terhadap sesama makhluk. Sesungguhnya sombong itu merupakan sifat raja-raja yang zhalim, dan kelak Allah swt akan menyeret wajah mereka keneraka. jika engkau membuat Allah swt murka, berarti engkau telah berbuat sombong terhadap-Nya. Jika muadzin telah mengumandangkan adzannya, dan engkau tidak mendatangi seruannya maka engkau telah berbuat sombong kepada Allah swt. Jika engkau telah berbuat zhalim terhadap seorang hamba-Nya maka engkau juga telah berbuat sombong terhadap-Nya. Bertobatlah kepada Allah swt, dan hendaknya engkau ikhlas dalam taubatmu, sebelum dia membinasakanmu melalui hamba-hamba-Nya yang paling lemah. Dia telah membinasakan Namrud dan raja-raja lainnya ketika mereka sombong terhadap-Nya. Allah swt menghinakan mereka sesudah mereka berjaya. Dia fakirkan mereka sesudah kaya. Dia siksa mereka sesudah mendapatkan nikmat. Dia matikan mereka sesudah hidup. Maka, jadilah engkau orang-orang yang bertakwa. Syirik itu adakalanya bersifat lahir, dan adakalanya bersifat batin. Syirik lahir yaitu menyembah selain Allah swt, dan syirik batin yaitu menggantungkan nasib kepada makhluk, serta menganggap bahwa merekalah yang mendatangkan bahaya maupun manfaat.
Sebagian manusia ada yang memiliki harta, tetapi mereka tidak menyukai harta tersebut. Mereka memiliki harta, tetapi tidak dikuasai harta. Harta menyukainya, tetapi ia tdak menyukai harta. Harta berpaling kepadanya, sedangkan dia tidak berpaling kepada harta. Ia meninggalakan harta, tetapi harta tidak mau berpisah dengannya. Sungguh, ia adalah orang yang memperbaiki keadaan hatinya agar menaati Allah swt. Harta tidak bisa membuat mereka terlena atau binasa. Pendeknya, ia mampu mengendalikan harta, sedangkan harta tidak mampu mengendalikannya. Nabi Muhammad saw telah bersabda, "Sebagus-bagus harta yang baik adalah untuk laki-laki yang baik."
Beliau saw juga bersabda, "tidak ada kebaikan kepada dunia kecuali jika digunakan untuk kebaikan dan perdamaian." Hendaklah dunia yang ada di tanganmu digunakan untuk kemashlahatan keluarga yang menaati Allah swt. Jika dunia engkau keluarkan dari hatimu, ia tentu tidak akan membahayakanmu, kenikmatan dan keindahannya tidak akan menipumu. Tidak lama lagi engkau akan pergi, dan orang-orang setelah engkau juga akan pergi. Janganlah engkau mengandalkan otakmu, wahai ghulam, dan janganlah engkau mengabaikanku. Sesungguhnya engkau telah tersesat. Barang siapa mengandalkan otaknya, ia akan tersesat, hina, dan terpeleset. Jika engkau mengandalkan otakmu, engkau tidak akan mendapatkan petunjuk dan perlindungan, karena engkau memang tidak mencarinya dan tidak mengusahakannya. Engkau menyatakan, "Aku tidak memerlukan ilmu ulama," dan engkau mengaku sudah memiliki ilmu, lalu manakah amalnya? Apakah gunanya pengakuanmu itu? Mana buktinya? Sesungguhnya pengakuanmu sebagai orang yang berilmu dapat diterima jika engkau membuktikannya dengan amal dan ikhlas, sabar ketika menerima ujian, tidak gentar, tenguh pendirian, dan tidak mengadu kepada makhluk. Jika engkau buta, bagaimana mungkin engkau mengaku dapat melihat? Jika engkau tidak memahami, bagaimana mugkin engkau mengaku memahaminya? Bertaubatlah engkau kepada Allah swt atas semua pengakuanmu yang dusta itu. Hendaklah engkau senantiasa bersama-Nya, bukan bersama selain Dia. Berpalinglah dari segala sesuatu, dan carilah Yang Maha Menciptakan segala sesuatu. Janganlah engkau termasuk golongan orang yang lemah, putus asa, dan binasa. Engkau harus mengendalikan nafsumu agar menjadi jinak dan mengenali Tuhannya swt. Ketika itu, barulah engkau dapat berpaling kepada-Nya. Engkau harus mengikuti kehendak-Nya dan berdekatan dengan-Nya di dunia dan di akhirat. Hendaklah engkau bertakwa dan menjauhkan diri dari selain Dia. Engkau harus senantiasa teguh mematuhi segala perintah-Nya larangan-Nya. Wahai kaum laki-laki maupun perempuan, sungguh akan meraih kesuksesan orang yang memiliki sebutir keikhlasan, sebutir ketakwaan, sebutir kesabaran, dan sebutir rasa syukur. Tetapi aku melihat engkau betul-betul dalam keadaan bangkrut.