Adapun penyebab kematian agama, kematian tauhid, bahkan kematian tawakkal dan keikhlasan antara lain karena menentang Al-Haq 'Azza wa Jalla atas takdir yang telah ditentukan-Nya. Dalam menerima ketentuan takdir, hati seorang mukmin tidak menegnal kata mengapa dan bagaimana, tetapi ia hanya berkata, "Baik." Sesungguhnya nafsu itu selalu memiliki kesempatan untuk suka menentang. Bagi orang-orang yang ingin memperbaiki nafsunya, ia harus melatihnya hingga selamat dari kejahatannya. Semua nafsu itu amat jahat. Bila dilatih dan kemudian menjadi jinak, maka semua nafsu yang pada mulanya sangat jahat itu akan berubah menjadi sangat baik. Nafsu itu akan memiliki keta'atan dalam menjalankan seluruh ibadah, dan ia akan mampu meninggalkan semua kemaksiatan. Ketika itulah dikatakan kepada sang nafsu,
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya." (Q.S. Al-fajr [89]: 27-28)
Ketika itulah nafsu telah menjadi tenang dan hilang kejahatannya, dan ia tidak lagi berhubungan dengan makhluk. Bahkan, nasabnya akan bertemu dengan ayahnya, Nabi Ibrahim a.s. Ketika ia keluar dari belenggu hawa nafsunya, ia berjalan dengan tenang karena tidak memiliki keinginan apa pun. Ketika datang berbagai tawaran dari makhluk, yang dikatakannya hanyalah, "Pertolonganmu tidak aku butuhkan lagi." Pengenalannya akan keadaan dirinya menjadikannya tidak perlu meminta. Pada saat kepasrahan dan ketawakkalannya telah sempurna, maka dikatakan kepada api,
"Wahai api, dinginlah, dan menjadilah keselamatan bagi Ibrahim." (Q.S. Az-Zumar [39]: 10)
Dalam pandangan Allah swt, tidak ada sesuatu pun yang samar. Sesaat saja bersabar bersama-Nya, maka selama bertahun-tahun akan melihat kelembutan dan kasih sayang-Nya. Seorang pemberani yang sejati adalah orang yang mau bersabar barang sesaat. "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 153)
Oleh karena itu, Hendaklah bersabar dalam menunggu pertolongan dan kemenangan yang bakal diperoleh. Hendaknya bersabar bersama-Nya, sadar terhadap-Nya, dan jangan melalaikan-Nya. Janganlah sadar setelah mati, dan bangun sebelum dibangunkan, agar engkau tidak menyesal pada hari penyesalan, yang sudah barang tentu tidak ada lagi gunanya, dan perbaikilah hatimu. Jika hatimu baik, maka seluruh keadaanmu akan menjadi baik, sebagaimana sabda Nabi saw,
"Dalam diri anak Adam ada segumpal daging, Bila segumpal daging itu baik, akan baiklah seluruh jasadnya dan bila segumpal danging itu buruk, akan buruklah seluruh jasadnya. Ingat, segumpal daging itu adalah hati."
"Dalam diri anak Adam ada segumpal daging, Bila segumpal daging itu baik, akan baiklah seluruh jasadnya dan bila segumpal danging itu buruk, akan buruklah seluruh jasadnya. Ingat, segumpal daging itu adalah hati."